Memilih Pemimpin Yang Amanah



Akhir-akhir ini di berbagai media, baik elektronik maupun media cetak ramai-ramai memberitakan tentang tertangkapnya ketua MK Akil Muckhtar yang tertangkap tangan oleh KPK karena melakukan tindak pidana KKN yaitu menerima suap terhadap sejumlah kasus pilkada yang ia tangani. Tertangkapnya ketua MK tersebut semakin menambah panjang daftar para penyelenggara Negara yang terlibat dalam kasus KKN.


Keterlibatan para pemimpin bangsa ini dalam sejumlah kasus KKN yang terjadi akahir-akhir ini menunjukkan bahwa para pemimpin kita tidak memiliki jiwa yang amanah dan hanya mementingkan kepentingan pribadi. Hal itu terbukti pada saat para koruptor yang rata-rata pejabat Negara tertangkap oleh KPK, setelah diselidiki kebanyakan dari mereka memiliki kekayaan yang tidak normal dan itu didapatkan melalui jalan korupsi.

Itu artinya bahwa apa yang telah diamanakan oleh rakyat dengan memilih mereka sebagai pemimpin bertepuk sebelah tangan. Melalui berbagai  kejadian inilah, hendaknya rakyat bisa mengambil hikmahnya. Bagaimanapun juga saat ini rakyat Indonesia merupakan masyarakat yang cerdas, sehingga ketika ada pemilihan kepala daerah seyogyanya dapat menggunakan hak pilihnya dengan sebaik-baiknya yaitu memilih pemimpin yang benar-benar bisa membawa amanah rakyat bukan memilih pemimpin yang berani membayar mahal.
 
Jateng Pos
Menurut penulis sendiri, sosok pemimpin yang amanah itu sebeneranya mudah untuk dikenali dan dilihat. Diantara kreteria sosok calon pemimpin yang amanah adalah: pertama, dia  harus Jujur. Jujur disini bukan hanya jujur dalam berkata, melainkan juga dalam bersikap dan berperilaku. Kejujuran merupakan kunci utama seorang pemimpin yang amanah, karena dengan modal kejujuran itulah seorang pemimpin akan sangat menjaga diri agar tidak terlibat kasus-kasus korupsi, sehingga dia akan dipercaya oleh rakyatnya.

Kedua, tidak banyak janji. Salah satu ciri pemimpin yang amanah adalah tidak obral janji, tetapi menunjukkan kinerja (show, don’t tell).  Pemimpin yang baik mengerti betul bahwa janji adalah hutang, sehingga mereka sangat menyadari banyak janji artinya banyak hutang. Maka jika tidak bisa merealisasikan janjinya tersebut, sama artinya seorang pemimpin dikatakan gagal karena memiliki banyak hutang kepada rakyatnya dan itu sama artinya telah menciderai amanah rakyat.

Ketiga, merakyat. Sosok pemimpin ideal adalah pemimpin yang mau merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang dipimpinnya atau dalam hal ini bisa dikatakan sebagai pemimpin yang merakyat. Jika pemimpin mau merakyat, maka ia tentu akan tahu berbagai masalah yang sedang dihadapi oleh rakyatnya sehingga dari sana ia bisa mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi persoalan tersebut. Namun sayang saat ini jarang sekali ditemukan pemimpin yang merakyat, kebanyakan mereka mendekati rakyat hanya karena kepentingan pribadi supaya bisa dipilih lagi bukan murni untuk membantu masyarakat.

Paling tidak ketiga hal itulah yang menjadi ciri dari seorang pemimpin yang amanah, sehingga apabila dari ketiga hal diatas tidak dimiliki oleh seseorang yang mau maju menjadi pemimpin maka kita harus hati-hati dalam menentukan pilihan kita. Jangan sampai kita memilih pemimpin seperti memilih “kucing dalam karung” artinya tidak mengetahui rekam jejak calon pemimpin kita. Jika itu yang terjadi, maka tidak mengherankan jika banyak pemimpin kita yang akhirnya menjadi koruptor dan membuat sengsara rakyat.

Tulisan diatas dapat dibaca di Koran Harian Jateng Pos Edisi Kamis, 10 Oktober 2013

Post a Comment