Dibalik Diplomasi Jokowi

Jokowi Widodo, siapa sangka Presiden ke 7 RI ini ternyata memiliki segudang jurus dalam berpolitik yang sangat cantik. Tidak harus gembar-gembor, bersuara keras dan lantang dalam bersikap dan bertindak, akan tetapi beliau lebih memiliih cara-cara yang halus, sopan serta nguwongke. Sikap sederhana, lemah lembut dalam bertutur kata, serta senantiasa menjaga unggah-unggguh khas sikap dan prilaku orang Jawa. Karakter dasar yang dimiliki wong jowo itulah yang tampaknya menjadi salah satu kekuatan yang dimiliki oleh Jokowi dalam memainkan perannya baik ketika ia menjabat sebagai wali kota Solo dua periode, sebagai gubernur Jakarta maupun sebagai Presiden Republik Indonesia.

Sifat dan sikap sederhana, merakyat, sering turun ke lapangan dengan cara blusukan seakan sudah menjadi ciri khas dari seorang Jokowi. Meskipun sudah menjadi orang nomor satu di negeri ini kebiasan tersebut tetap dilakukan tanpa harus dikawal oleh pasukan pengamanan presiden yang berlebihan. Jokowi juga tidak sungkan-sungkan untuk dijajak foto bareng masyarakat yang kebetulan ditemuinya dimanapaun, bahkan makan di warung pinggir jalan juga sering dilakukan saat masih jadi gubernur dulu. Citra inilah yang kemudian menjadikan beliau sebagai presiden yang dicintai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia meskipun tetap saja ada yang tidak suka dengan cara-cara beliau dalam memimpin dan mengambil kebijakan.

Ketika menghadapi persoalan, beliau tipe pemimpin yang tidak menggebu-gebu dalam memutuskan dan mengambil kebijakan dalam menyelesaikannya. Jokowi suka berdiplomasi ketika menyelesaikan masalah, apalagi yang berkaitan dengan masyarakat luas. Diplomasi meja makan sempat menjadi salah satu jurus ampuh yang digunakan Jokowi ketika akan melakukan penggusuran warga yang dimpimpin. Ketika menjadi walikota Solo diplomasi meja makan sering digunakan Jokowi untuk meluluhkan hati warganya dan itu berhasil. 

Ketika menjabat gubernur DKI Jakarta, diplomasi meja makan juga menjadi jurus ampuh dalam meredam kemarahan warga yang terkena gusur diberbagai daerah yang mau dijadikan lahan hijau kota itupun berhasil. Sehingga kemudian Jokowi dikenal sebagai politikus yang suka berdiplomasi melalui meja makan. Lalu apakah diplomasi meja makan juga dilakukan Jokowi ketika sudah menjadi presiden RI? Jawabannya bisa dilihat masyarakat Indonesia selama dua tahun kepemimpinan beliau.

Diplomasi Berkuda

Hari Jum’at 4 Nopember 2016 yang akan datang rencananya akan terjadi demo besar-besaran yang dilakukan oleh berbagai Ormas utamanya ormas Islam. Tujuannya tak lain adalah mendemo salah satu calon peserta pemilukada Jakarta Ahok. Ahok dituduh telah melecehkan al Qur’an dan dianggap telah melakukan penistaan agama Islam. Tak tanggung-tanggung demo tersebut rencananya akan diikuti oleh massa sebanyak 500.000 orang dari berbagai daerah bukan hanya dari Jakarta tetapi juga luar Jakarta bahkan dari luar Jawa.

Foto Detik.com

Bahkan Kepolisian Republik Indonesia telah mengeluarkan peringatan Siaga 1 pada 4 Nopember. Peringatan itu dikeluarkan karena demo tersebut memunculkan kekhawatiran akan terjadi kerusuhan. Bahkan demo Ahok tersebut juga menyita perhatian Presiden RI Joko Widodo sehingga karena persoalan itu Jokowi bertandang ke Hambalang menemui Prabowo Subianto untuk membicarakan persoalan tersebut. Pertemuan tokoh negara tersebut salah satunya memang membicarakan persoalan pilkada DKI, apalagi partai Gerindra memiliki kepentingan karena mengusung Anis-Sandi sebagai salah satu calonnya.

Pertemuan tersebut dianggap penting karena Prabowo dianggap memiliki pengaruh besar agar masyarakat pendukungnya terutama kader Gerindra tidak ikut dalam demo yang akan dilaksanakan 4 Nopember mendatang. Dalam hal ini Jokowi diangggap pandai dalam memainkan perannya untuk mengantisipasi terjadinya kerusuhan pada 4 Nopember mendatang. Apalagi pertemuan tersebut sempat dibalut dengan acara makan nasi goreng bersama serta naik kuda. Kemesraan jelas ditunjukkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo saat keduanya bertemu di Bukit Hambalang, Bogor. Nasi goreng, topi koboi, dan dua ekor kuda bernama Salero serta Principe menjadi saksi bahwa segala persoalan bangsa bisa didiskusikan bersama tanpa harus melakukan demo yang bisa berujung kerusuhan.

Diplomasi yang dilakukan Jokowi di Hambalang tersebut kemudian dikenal dengan Diplomasi berkuda namun tetap saja diiringi dengan diplomasi meja makan. Sungguh sebuah diplomasi yang sangat unik dan menarik yang sedang dimainkan salah oleh tokoh negri ini. Kehadiran Jokowi ke Hambalang disebut sebagai kunjungan balasan setelah sebelumnya Prabowo sowan ke Istana Bogor. Pertemuan keduanya dinilai sebagai simbol menyejukkan untuk proses Pilgub DKI yang sedang memanas karena kasus penistaan agama yang dilakukan oleh salah satu calon.

Hari ini Jokowi juga mengundang para ketua ormas besar ditanah air yaitu NU, Muhammadiyah dan MUI untuk membicarakan persoalan demonstrasi yang akan digelar 4 Nopember oleh gabungan ormas keagaaman. Semoga diskusi yang digelar Presiden di Istana Negara menghasilkan kesepakatan terbaik terkait demo mendatang. Dan semoga demo yang akan berlangsung Jum’at depan tetap berjalan damai. Ataukah perlu Jokowi menggunakan “Diplomasi Meja Makan” lagi untuk menyelesaikan persoalan negeri ini?.

1 komentar:

Ada diplomasinya juga ternyata hihihi

Reply

Post a Comment