Bagaimana perasaan kamu jika kamu salah dalam memakai baju/busana/kostum? apalagi jika sebelumnya kamu sudah diberitahu bahwa baju yang harus dipakai adalah baju seragam kebesaran lembaga dimana kamu bekerja. Malu, bangga, atau biasa aja? Nah hal itu terjadi padaku hari ini, aku yang saat ini mengabdikan diri sebagai salah satu guru honorer di SLB Negeri Ungaran Kabupaten Semarang salah memakai seragam.

Cinta adalah anugerah, itulah kata-kata yang sering diucapkan oleh orang-orang yang sedang jatuh cinta. Kata orang lagi cinta berjuta rasanya, atau ada kata-kata yang sering diucapkan adalah cinta itu buta, dan berbagai macam yang diungkapkan oleh orang terutama yang sedang jatuh cinta dengan berbagai ucapan dan kiasan sesuai dengan aoa yang mereka rasakan dan mereka ketahui akan makna dan arti cinta itu sendiri.

Kalau lihat program infotainment di tivi-tivi, terutama yang mengulas tentang selebritis top tentu ada yang gak ketinggalan yaitu pengagum, fans, atau apalah namanya. Bahkan terkadang ada juga fans yang sangat fanatik terhadap artis idolanya tersebut. Dan tak jarang sakin ngefansnya sama artis pujaannya mereka rela melakukan apapun, mulai dari meniru gaya berpakaian, gaya hidup, dan juga rela menghabiskan jutaan rupiah hanya demi ketmu dengan sang idola.

Terasa begitu lama sekali jari-kari ini tidak bermain diatas keybord untuk sekedar menyapa teman-teman di dunia maya. Bukanlah persoalan tidak ada waktu untuk menghadapi komputer maupun laptop serta sekedar say hallo, tetapi persoalannya adalah selama lima hari terakhir aku merasa kurang begitu bersemangat dalam menuliskan ide-ide yang ada dipikiran ini. Hal tersebut seakan menjadikan aku semakin merasa malas untuk membuka blog tercinta ini.

Mulai hari Senin-Rabu 6-8 Mei 2013 lalu seluruh siswa SD melakasanakan Ujian Nasional, begitu juga dengan murid-murid SDLB Negeri Ungaran. Meskupun sebagai siswa yang memiliki kebutuhan khusus, akan tetapi untuk jurusan A,B,D,E juga ada yang mengikuti ujian negara, sedangkan untuk yang jurusan Tuna Grahita (C) hanya melaksanakan ujian sekolah, yang soal-soalnya berasal dari Provinsi bukan dari pemerintah pusat.

Masih ingat lagunya Vety Verra "Yang sedang-sedang saja", mungkin itulah gambaran sebuah kehidupan bahwa kita ini dituntuk untuk hidup secara wajar, tidak berlebih-lebihan dan tidak kekurangan. Sedang-sedang saja atau di tengah-tengah saja dalam arti lain bisa disebut dengan sederhana dan  secukupnya. Karena kesederhanaan merupakan sebuah perilaku yang mencerminkan seseorang bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepadanya.

Hari ini sungguh malu rasanya, sudah bangun agak siang sampai di sekolah ternyata salah kostum, aduh-aduh jadi salting deh, tapi namanya lupa ya gimana lagi. Karena kecapekan perjalanan dari Pekalongan sampai kota Semarang baru sekitar jam 17.30 tiba di Semarang, sehabis magrib langsung kerja sampai jam 11 malam, maka yang terasa adalah capek yang sangat luar biasa.

Memang harus diakui bahwa anak-anak SLB banyak memiliki kesitimewaan, salah satu keistimewaan yang mungkin jarang dimiliki oleh anak-anak sekolah pada umumnya adalah soal kejujuran. Anak-anak SLB itu bisa diibaratkan sebagai anak kecil yang masih lugu, apa adanya, dan selalu mengungkapkan fakta apa saja, tanpa menutupinya. Hal itulah yang kadang membuat saya pribadi menjadi salut karena kejujuran dan kepolosan mereka meskipun dibalik kekurangannya.

Memang mengasyikkan bisa mnegajar anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, apalagi jika semua dilakukan dengan ikhlas dan senang hati. Tentu semua akan terasa ringan, apalagi jika kita bisa membuat mereka juga senang dengan pembelajaran yang kita lakukan, maka semua proses pembelajaran akan begitu mudah dijalankan dan bisa saling melengkapi. Maksud saya adalah, mengajar di SLB akan menjadi mudah jika kita bisa tahu dan bisa memberikan apa yang dibutuhkan oleh siswa.

Dua minggu yang lalu di sekolah tempat aku mengajar ada dua orang mahasiswa dari IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam yang sedang melakukan penelitian. Penelitian tersebut fokus pada mata pelajaran PAI bagi anak Tuna Grahita Ringan  (C) Jenjang SMP. Karena mereka adalah adik angkatan, maka sebisa mungkin kubantu mereka agar mudah melakukan penelitian. Seperti masalah adminsitrasi serta dokumen yang diperlukan hingga kuajak langsung ke kelas agar tahu secara langsung pembelajaran PAI untuk anak Tuna Grahita ringan.

Perjalanan ke Kota ukir Jepara untuk Silaturrahmi, Kondangan dan Kopdar benar-benar harus kubayar mahal, karena pada akhirnya aku harus menyerah dengan yang namanya mabuk darat. Salah satu hal yang tidak aku sukai sejak lama, yaitu mabuk darat. Sejujurnya aku malu ma anakku Noofa, dalam perjalanan tak henti-hentinya dia ketawa, lonjak-lonjak di pangkuanku, Umnya juga di pangkuan tante Fitri yang kebetulan ikut rombongan menuju ke Jepara.