KEMUNDURAN PENDIDIKAN
ISLAM
DAN BANGKITNYA PENDIDIKAN
BARAT
I.
Pendahuluan
Menatap dunia masa kini
tentunya tidak sama halnya dengan menatap dunia masa lalu. Hal ini sangat
berkaitan dengan cara pandang para pelaku sejarah (masyarakat) yang hidup pada
zamannya. Sebab cara pandang ini berdasar pada standar kemajuan yang
seolah-olah telah menjadi nota kesepahaman dan kesepakatan masyarakat dalam
menatap kehidupan di zamannya. Terlebih lagi ketika ada diskursus mengenai
kebudayaan. Tentunya standar kemajuan tersebut akan melahirkan suatu
indicator-indikator sebagai tolak ukur terhadap gejala-gejala perubahan sosial
yang terjadi dalam masyarakat tersebut.
Sehingga penilaian maju
mundurnya suatu kebudayaan masyarakat tertentu bisa dilakukan ketika indikasi
perubahan sosial mulai bermunculan. Pendek kata, yang menyebabkan munculnya
perbedaan cara pandang masyarakat terhadap dunianya adalah bahwa standarisasi
kemajuan mempunyai kelemahan terhadap batasan kronologis waktu. Tak pelak lagi,
memang kehidupan kita terbatas oleh “ruang dan waktu”. Namun dari semua itu
satu hal yang bias dijadikan tolok ukur kemajuan suatu peradaban adalah masalah
pendidikan. Begitu juga dalam Islam, masa kejayaan Islam dahulu juga ditandai
dengan majunya dalam bidang pendidikan.
Pendidikan Islam mencapai
puncak kejayaan pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Harun
al Rasyid (170-193 H). Karena beliau adalah ahli ilmu pengetahuan dan mempunyai
kecerdasan serta didukung negara dalam kondisi aman, tenang dan dalam masa pembangunan
sehingga dunia Islam pada saat itu diwarnai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan[1].
Setelah kejayaan Baghdad mencapi
puncaknya maka Kemunduran umat Islam dalam peradabannya datang, dan itu terjadi
pada sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500 M. ketika baghdad diserang oleh
Hulagu Khan cucu dari Jengis Khan yang berasal dari Mongolia. Hancurnya kota
Baghdad menyebabkan kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang
Pendidikan Islam.[2]
Di dalam Pendidikan Islam
kemunduran itu oleh sebagian diyakini karena berasal dari berkembangnya secara
meluas pola pemikiran tradisional. Adanya pola itu menyebabkan hilangnya
kebebasan berpikir, tertutupnya pintu ijtihad, dan berakibat langsung kepada
menjadikan fatwa ulama masa lalu sebagai dogma yang harus diterima secara
mutlak . Di saat umat Islam mengalami kemunduran, di dunia Eropa malah
sebaliknya mengalami kebangkitan mengejar ketertinggalan mereka, bahkan mampu
menyalib akar kemajuan-kemajuan Islam.
Ilmu Pengetahuan dan filsafat
tumbuh dengan subur di tempat-tempat orang Eropa. Akibatnya bila pola fikir
tradisional yang berkembang di dunia Islam terus tertanam dan tumbuh subur,
maka di tempat mereka di Eropa. Hal ini merupakan penyebab beralihnya secara
drastis pusat pendidikan dari dunia Islam ke Eropa.
Masa kejayaan pendidikan Islam
merupakan satu periode dimana pendidikan Islam berkembang pesat yang
ditandai dengan berkembangnya lembaga pendidikan Islam dan madrasah (sekolah-sekolah)
formal serta universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam.
Lembaga-lembaga pendidikan sangat dominan pengaruhnya dalam membentuk pola
kehidupan dan pola budaya umat Islam. berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang
melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan pengembangan
berbagai macam aspek budaya umat Islam[3]. Pada
masa kejayaan ini, pendidikan Islam merupakan jawaban terhadap tantangan
perkembangan dan kemajuan kebudayaan Islam. kebudayaan Islam telah berkembang
dengan cepat sehingga mengungguli dan bahkan menjadi puncak budaya umat manusia
pada masa itu.
Sepanjang sejarahnya sejak
awal dalam pemikiran Islam terlihat dua pola yang saling berlomba mengembangkan
diri, dan mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan pola pendidikan umat
Islam. Dari pola pemikiran yang bersifat tradisional, yang mendasarkan diri
kepada wahyu, yang kemudian berkembang menjadi pola pola pemikiran sufistik dan
mengembang kan pola pendidikan sufi. Pola pendidikan ini sangat memperhatikan
aspek-aspek batiniah dan akhlak atau budi pekerti manusia.
Sedangkan dari pola pemikiran
yang rasional, yang mementingkan akal pikiran, menimbulkan pola pendidikan
empiris rasional. Pola pendidikan bentuk kedua ini sangat memperhatikan
pendidikan intelektual dan penguasaan material. Pada masa jayanya pendidikan
Islam, kedua pola pendidikan tersebut menghiasi dunia Islam, sebagai dua pola
yang berpadu dan saling melengkapi.
Namun, setelah pola pemikiran
rasional diambil alih oleh dunia barat (Eropa) dan dunia Islampun meninggalkan
pola pemikiran tersebut, maka dalam dunia Islam tinggal pola pemikiran
sufistik, yang sifatnya memang sangat mementingkan kehidupan batin, sehingga
mengabaikan pengembangan dunia material. pola pendidikan yang dikembangkannya
pun tidak lagi menghasilkan perkembangan budaya Islam yang bersifat material.
Dari aspek inilah dikatakan pendidikan dan kebudayaan Islam mengalami kemunduran,
atau setidak-tidaknya dapat dikatakan pendidikan Islam mengalami
kemandegan.
Kemunduran pendidikan Islam
pada dasarnya disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor intren dan eksteren yang kemduian dimanfaatkan oleh pihak luar
(Barat) dan banyak mengorbankan umat Islam. Hal itu kemudian mengakibatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM) ummat Islam pada saat itu menjadi turun. Dari
kejadian inilah kemudian muncul suatu ungkapan menarik yang menyebutkan bahwa
mundurnya pendidikan Islam lebih disebabkan karena ulah umat Islam sendiri.
II.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang
yang penulis uraikan di atas,
dapat dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.
Bagaimana
pendidikan Islam pada masa kejayaan?
2.
Apa
penyebab kemunduran pendidikan Islam?
III.
Pembahasan
Dari
rumusan masalah diatas, maka dalam pembahasan makalah ini akan terfokus pada:
1. Pendidikan Islam Masa Kejayaan
Pendidikan Islam secara khusus tidak dapat disamakan
dengan pendidikan secara umum. Pendidikan Islam dikenal dan diyakini oleh
penganut agama Islam sebagai suatu kegiatan pendidikan yang bersumber dari
pokok ajaran Islam (al-Quran) dan al-Hadits sebagai penjelasnya. Pendidikan
Islam yang mulai dirintis sejak turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW
mengalami pasang dan surut seiring dengan perjalanan panjangnya melintasi ruang
dan waktu hingga masa sekarang.
a. Pendidikan Islam Masa Kejayaan
Masa kejayaan pendidikan Islam
dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam yang ditandai dengan
berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah
formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Pendidikan
tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan, budaya dan
menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum
muslimin. Masa dulu pendidikan hanya sebagai jawaban terhadap rintangan dan
pola budaya yang berkembang dari bangsa yang baru memeluk agama Islam. Tapi
sekarang terus merupakan jawaban tiap tantangan kemajuan budaya Islam itu
sendiri yang berjalan pesat.
Ada dua faktor yang
mempengaruhi yaitu Faktor Intern dan Faktor Ekstern. Faktor Intern adalah
faktor yang dibawa dari ajaran Islam itu sendiri sedangkan Faktor Ekstern
adalah faktor yang dibawa dari luar ajaran Islam. Tetapi sebenarnya pengaruh
dari luar tersebut, hanyalah berupa sekedar sebagai rangsangan atau tantangan
saja, agar potensi pembawaan dari ajaran Islam itu sendiri bisa berkembang.
Yang paling menentukan adalah jiwa dan semangat kaum muslimin, terutama para
ahlinya dalam penghayatan dan pengamalan ajaran Islam[4].
Sebelum timbulnya sekolah dan
universitas yang kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan formal, dalam
dunia Islam sebenarnya telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan islam yang
bersifat nonformal. Diantara pendidikan Islam yang bersifat nonformal tersebut
adalah:
1) Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar.
Khuttab atau Maktab berasal dari kata
dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis, jadi
Khuttab adalah tempat belajar menulis. Khuttab merupakan tempat anak-anak
belajar menulis dan membaca, menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok
ajaran Islam[5].
2) Pendidikan rendah di istana.
Timbulnya pendidikan rendah di istana untuk
anak-anak para pejabat adalah berdasarkan pemikiran bahwa pendidikan itu harus
bersifat menyiapkan anak didik agar mampu menyiapkan tugasnya kelak setelah ia
dewasa. Hal itu dilakukan karena dulu istana leih mementingkan peperangan demi
memeperluas daerah kekuasaan dari pada memperhatikan masalah perekembangan
ilmiah.[6] Untuk
itulah pendidikan di istana kemudian menjadi pilihan.
3) Toko-toko kitab
Pada permulaannya masa Daulah Bani Abasiyah dimana ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam sudah tumbuh dan berkembang dan diikuti oleh
penulisan kitab-kitab dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, maka berdirilah
toko-toko kitab. Pada mulanya toko-toko kitab tersebut berfungsi sebagai tempat
berjual beli kitab yang telah ditulis dengan berbagai macam ilmu pengetahuan
yang berkembang pada masa itu. Dengan demikian toko-toko kitab tersebut telah
berkembang fungsinya bukan hanya sebagai tempat berjual-beli kitab saja, tetapi
juga merupakan tempat berkumpulnya para ulama, pujangga dan ahli-ahli ilmu
pengetahuan lainnya untuk berdiskusi, berdebat dan bertukar pikiran dalam
berbagai masalah ilmiah.
4) Rumah-rumah para ulama ahli ilmu
pengetahuan
Walaupun sebenarnya rumah bukanlah tempat yang baik untuk
tempat memberikan pelajaran namun pada zaman kejayaan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kebudayan Islam, banyak juga rumah-rumah para ulama dan para
ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Diantara rumah para ulama terkenal yang menjadi tempat memberikan pelajaran
adalah rumah Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ali Ibnu Muhammad Al-Fasihi, Yakub Ibnu
Killis, Wazir Khalifah Al-Aziz Billah Al-Fatimy dan lainnya.
5) Majelis
Dengan majelis atau salon kesusasteraan, dimaksudkan adalah
suatu majelis khusus yang diadakan oleh khalifah-khalifah untuk membahas dalam
berbagai macam ilmu pengetahuan. Majelis ini dimulai pada masa khalifah
Al-Rasyidin yang biasa memberikan fatwa dan musyawarah serta diskusi dengan
para sahabat untuk memecahkan masalah yang dihadapi pada masa itu. Dalam balai-balai pertemuan seperti ini
disediakan pokok-pokok persoalan untuk dibicarakan, didiskusikan dan
diperdebatkan”.[7].
6) Badi’ah (padang pasir, dusun
tempat tinggal Badwi)
Sejak berkembang kuatnya Islam dan bahasa arab digunakan
sebagai bahasa pengantar., maka bahasa arab cenderung kehilangan keasliannya.
Disamping itu di badi’ah berdiri ribat-ribat atau zawiyah yang merupakan pusat
kegiatan dari ahli sufi .
7) Rumah sakit
Pada zaman jayanya perkembangan kebudayaan Islam, di
kalangan umat Islam, maka banyak didirikannya rumah sakit oleh khalifah dan
para pembesar-pembesar negara. Rumah sakit bukan hanya berfungsi sebagai tempat
merawat, tetapi juga menjadi tempat mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan
dengan perawatan dan pengobatan Mereka mengadakan penelitian, percobaan dalam
bidang kedokteran dan obat-obatan.
8) Perpustakaan
Pada zaman perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Islam, buku mempunyai nilai yang sangat tinggi. Buku digunakan sebagai sumber
informasi, berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikembangkan oleh
para ahlinya. Disamping itu perkembangan perpustakaan yang bersifat umum yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau wakaf dari ulama di Baitul Baghdad yang
didirikan oleh khalifah Harun Al-Rasyid adalah merupakan suatu contoh dari
perpustakaan Islam yang lengkap.
9) Masjid
Masjid dalam dunia Islam sepanjang sejarahnya tetap
memegang peranan yang pokok, disamping fungsinya sebagai tempat berkomunikasi
dengan Tuhan juga sebagai tempat lembaga pendidikan dan tempat berkumpulnya
umat muslim. Setelah pelajaran
anak-anak di khutab selesai mereka melanjutkan pendidikan tingkat menengah yang
dilakukan di masjid. Peranan Masjid sebagai pusat pendidikan dan
pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap
dan mampu untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang
haus akan ilmu pengetahuan[8]
b. Bentuk Kemajuan Sistem Pendidikan Islam
Salah satu bentuk kemajuan pendidikan pada saat dulu adalah
adanya sistem pendidikan Islam yang dianut pada masa itu meliputi :
1.
Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau dipelajari oleh siswa. Lebih luas lagi, kurikulum bukan hanya
sekedar rencana pelajaran, tetapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses
pendidikan di sekolah. Kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam pada mulanya
berkisar pada bidang studi tertentu.
Namun seiring perkembangan sosial dan cultural, materi
kurikulum semakin luas. Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum
sekolah tingkat rendah adalah al-Quran dan agama, membaca, menulis, dan
berenang. Sedangkan untuk anak-anak amir dan penguasa, kurikulum tingat rendah
sedikit berbeda. Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya pengajaran
khitabah, ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, disamping ilmu-ilmu
pokok seperti al-Quran, syair, dan fiqih.
2.
Metode
Pengajaran
Dalam proses belajar mengajar, metode pengajaran merupakan
salah satu aspek pengajaran yang penting untuk mentransfer pengetahuan atau
kebudayaan dari seorang guru kepada para pelajar. Metode pengajaran yang
dipakai dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu lisan, hafalan, dan
tulisan. Metode lisan bisa berupa dikte, ceramah, qira’ah, dan diskusi. Metode
menghafal merupakan ciri umum dalam sistem pendidikan Islam pada masa ini.
Untuk dapat menghafal suatu pelajara, murid-murid harus membaca berulang-ulang
sehingga pelajaran melekat di benak mereka. Sedangkan metode tulisan adalah
pengkopian karya-karya ulama.
3.
Rihlah Ilmiyah
Salah satu ciri yang paling menarik dalam pendidikan Islam
di masa itu adalah sistem Rihlah Ilmiyah, yaitu pengembaraan atau perjalanan
jauh untuk mencari ilmu[9].
2.
Penyebab Kemunduran Pendidikan Islam
Setelah mencapai
kemajuan dan kesuksesan dalam berbagai bidang dan selama beberapa abad menjadi
kiblat ilmu pengetahuan, yang mencapai sukses pada masa
daulat Bani Abasyiah akhirnya pendidikan Islam juga mengalami kemunduran yang disebabkan oleh berbagai hal-hal yang sangat kompleks.
a.
Faktor Penyebab Kemunduran
Diantaranya faktor
yang menjadi penyebab terjadinya kemunduran peradaban Islam yaitu :
§
Tidak
jelasnya sistem peralihan kekuasaan yang menyebabkan munculnya munculnya
perebutan kekuasaan diantara ahli waris.
§
Lemahnya
figur dan kharismatik yang dimiliki khalifah khususnya sesudah khalifah Al
Hakam II. Khalifah hanyalah sebagai simbol saja, sedang pelaksanaan
pemerintahannya dijalankan oleh Wazir.
§
Perselisihan
diantara umat Islam itu sendiri yang disebabkan perbedaan kepentingan atau
karena perbedaan suku dan kelompok yang merupakan peluang bagi pihak kristen
untuk memecah belah Islam.
§
Konflik
umat Islam dan kristen, kebijakan para penguasa Muslim yang tidak melakukan
Islamisasi secara sempurna dan hanya diwajibkan membayar upeti pada penguasa
Islam di Spanyol.
§
Munculnya
Muluk At Tawaif ( kerajaan-kerajaan kecil ) yang masing-masing saling
berebut kekuasaan.
Dengan runtuhnya
kekuaan Islam di Bagdad dan di Cordova maka mulailah kemunduran pendidikan dan
kebudayaan Islam. Dan kehancuran total yang dihadapi kota-kota pendidikan dan
kebudayaan Islam yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi pendidikan Islam dan
melemahnya pemikiran yang disebabkan antara lain :
1. Berlebihnya filsafat Islam ( yang bersifat
Sufistik )
Kehidupan sufi berkembang
dengan cepat. Keadaan umat yang frustasi menyebabkan kembali pada Tuhan dalam
arti bersatu dengan tuhan, sebagaimana duiajarkan oleh para sufi. Di setiap
Madrasah diajarkan tentang ajaran-ajaran sufisme, sehingga di dalam Madrasah
hanya ada ilmu-ilmu agama sedangkan ilmu-ilmu lainnya tidak termasuk dalam
pengajaran.
2. Sedikitnya kurikulum Islam
Pada Madrasah-madrasah, pengajaran umumnya terbatas pada ilmu-ilmu
keagamaan, seperti ilmu-ilmu yang murni yaitu : Tafsir, Hadis, Fikih dan Ushul
Fikih, Ilmu Kalam, dan Teologi Islam sudah mulai tertinggal karena penyempitan
kurikulum pada masa itu. Pada beberapa Madrasah tertentu, Ilmu Klam dicurigai,
yang lebih di fokuskan kepada ilmu yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan. Dan juga materi yang ada banyak sedangkan waktu yang diberikan untuk
mempelajarinya hanya sedikit sehingga para pelajar tidak terlalu memahami suatu
ilmu.
3. Tertutupnya pintu ijtihad
Dengan dikuranginya kebebsan
berpendapat dan memikirkan sesuatu dengan akal, maka banyak para ahli tersebut
hanya mengutip ijtihad para ahli sebelumnya tanpa menemukan pemecahan terbaru
tentang hal-hal permasalahan yang sedang berkembang dari hasil pemikiran
mereka. Sehingga timbul pernyataan yang mengatakan bahwa pintu ijtihad telah
tertutup. Melihat hal-hal tersebut, maka jelaslah Islam mengalami masa
kemunduran terutama dalam bidang pendidikan.[10]
b.
Kebangkitan Pendidikan Barat (Aufklarung)
Selain faktor-faktor penyebab kemunduran peradaban
Islam, khususnya pendidikannya salah satu hal penting yang menjadi penyebab
kemunduran umat Islam secara umum adalah adanya kebangkitan Barat dalam
pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan ditandai munculnya zaman Renainssance
(lahir kembali).
Keadaan seperti itu mengakibatkan perkembangan
pendidikan menjadi mandek dan mengalami kegelapan. Oleh sebab itu di dalam
kegelapan itu mereka merenung mencari alternatif, sehingga teringat suatu zaman
yang berpendikan maju, pemikiran tidak dikungkung yaitu zaman Yunani kuno.[11] Dimana saat itu terjadi
kebebasan dalam berpikir sehingga menyebabkan masa itu bisa dikatakan sebagai
masa pencerahan.
Kebangkitan Barat terutama dalam bidang pendidikan yang
telah mencapai kedudukan setara dengan kebudayaan-kebudayaan
besar mulai terjadi pada abad ke-16. Pada masa itu merupakan proses tranformasi
yang sangat penting yang akhirnya menjadikan Barat sebagai kekuatan besar dalam
pengembangan ilmu pengetahuan yang pada akhirnya mereka dapat menguasai dunia
secara keseluruhan.
Perkembangan ini sesungguhnya telah disiapkan Barat
sejak kurang lebih 300 tahun lamanya. Sebagai masyarakat agraris konvensional,
Eropa telah mentransformasikan diri dari lapisan atas hingga lapisan bawah, dan
menata ulang seluruh sektor ekonomi, sosial, agama, pendidikan, politik, dan
intelektual secara keseluruhan.[12] Khusus dalam bidang
pendidikan, akhirnya Barat mampu bertransformasi menjadi kekuatan besar
mengalahkan pendidikan Islam yang mulai mengalami kemunduran.
Kebangkitan dunia Barat secara umum sangat dipengaruhi oleh
kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan pendidikan. Pada masa ini telah ditandai
dengan banyaknya temuan dibidang sains dan munculnya beberapa tokoh ilmuwan,
seperti Nicolaus Copernicus (1473-1543), Johanes Kepler (1571-1630), Galileo
Galilei (1564-1643), dan lain sebagainya.[13] Kebangkitan kembali Barat
dalam segala sektor, khususnya dalam ilmu pengetahuan dan pendidikan tidak
lepas dari pengaruh pemerintahan Islam. Islam
yang pada masa kejayaan telah menganut pola pemikiran yang rasional,
mementingkan akal pemikiran, yang dapat menimbulkan pola pendidikan empiris
rasional, serta memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasaan material
sedikit demi sedikit telah berpindah ke Barat.
Perpindahan ilmu pengetahuan ini melalui daerah-daerah
yang terjadi kontak langsung antara Islam dan Barat
yaitu melalui Andalusia, pulau Silsilia (Italia), dan perang Salib. Di
Andalusia saat Spanyol jatuh ke tangan kekuasaan raja Alfonso VII pada tahun
1236 M, orang Spanyol Kristen, sebagai kata Hitti telah terpesona pada
peradaban Islam yang gemilang, serta sadar atas kerendahan mereka dalam seni,
sastra, filsafat, dan ilmu pengetahuan serta mereka segera mencontoh Arab dalam
cara hidup. Selain itu pula, banyak buku-buku kedokteran yang diterjemahkan ke
dalam bahasa latin, seperti karangan Hunain bin Ishaq, Ali Abbas, dan ar-Razi.[14]
Intinya
bahwa kemunduran peradaban Islam, terutama dalam bidang pendidikan dan ilmu
pengetahuan sangat dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Dari dalam
sangat dipengaruhi oleh pola pikir umat Islam itu sendiri, sementara dari luar
dipengaruhi oleh kebangkitan Barat.
IV.
Penutup
Dari pembahasan diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pendidikan Islam
mengalami kejayaan dengan ditandai adanya lembaga pendidikan non formal yang
telah berkembang jauh sebelum ada pendidikan formal seperti, khuttab, pendidikan kecil di istana,
majelis, badi’ah, took buku, rumah
para ulama, rumah sakit, dan masjid. Selain itu kemajuan pendidikan Islam
ditunjukkan dengan adanya kurikulum, metode pengajaran dan adanya rihlah ilmiyah (mengembara menuntut
ilmu)
2.
Sedangkan faktor yang
menyebabkan kemunduran pendidikan Islam adalah filsafat Islam yang cenderung
sufistik, minimnya kurikulum Islam yang diajarkan serta tertutupnya pintu
ijtihad. Dan juga bangkitnya pendidikan Barat ditandai dnegan munculnya Renainssance (kebangkitan Barat).
Demikian
makalah ini kami susun, penulis yakin bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh sebab itulah kritik dan saran senantiasa kami
nantikan demi perbaikan pada penyusunan makalah yang lain. Dan semoga makalah
ini bermanfaat, amien.
[1]
Zuhairini, dkk, Proyek Pembinaan
Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta,1986,
hlm. 95.
[2]
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:Rajawali Pers. 2006)
[3]
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I,( Yogyakarta: UI-Press,
2010).
[4]
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarta : Bumi Aksara, 1997), hlm.88-89.
[5]
Mahmud. Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:
PT. Hida Karya Agung, 1981), hlm. 39.
[6]
Hasan Langgulung, Pendidikan
Islam Menghadapi Abad-21,(Jakarta: Pustaka Al Husna, 1980), hlm.
18-19.
[7]
Al Ithiya Al Abrasy, Tarbiyah
Al Islamiyah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 6
[8]
Hasan Langgulung, Op.cit, hlm. 19.
[9]
Asrohah, Hanun , Sejarah Pendidikan
Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 71.
[10] Samsul
Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia), (Jakarta : Prenada Media, 2009), Cet. 3, hlm 190-192.
[11]
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung, PT
Remaja Rosyda Karya, 1990) hlm: 125
[12]
Karen Armstrong, Islam Sejarah Singkat,
(Yogyakarta: Jendela, 2003), hlm: 163-164.
[13][9] Ahmad
Tafsir, Op.Cit, hal 126
[14]
Musrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik,
(Jakarta Timur; Prenata Media, 2003), hlm. 223.
Post a Comment