Peserta Termuda

Menjalani Pelatihan Penyusunan Kisi-Kisi dan Penyusunan Soal Ujian Sekolah bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) se Jateng memang selalu memberikan pengalaman-pengalaman yang baru dan unik. Mulai dari teman sekamar yang konyol, usil juga berbagai pengalaman lainnya yang pastinya akan sulit untuk dilupakan, paling tidak dalam satu tahun ke depan. Berbagai pengalaman itulah yang senantiasa aku jadikan pelajaran untuk menyongsong masa depan yang lebih baik lagi.


Terus terang dari sekian banyak peserta pelatihan, kurang lebih ada 70an guru pilihan dari SLB se Jateng telah dikumpulkan menjadi satu. Bahkan saking pentingnya pelatihan tersebut, undangan yang ditujukan bagi sekolah-sekolah yang ditunjuk untuk mengirim delegasi ke pelatihan tersebut adalah dengan By Name. Tidak boleh digantikan peserta lain, kecuali dapat  persetujuan dari dewan pengawas SLB se Jateng. Tapi karena sosialisasi akan hal tersebut tidak sampai di sekolah-sekolah, maka tidak mengeherankan jika masih terdapat beberapa peserta pengganti, dan anehnya juga hal itu tidak dikomunikasikan terlebih dahulu oleh sekolah yangt bersangkutan kepada panitia pelaksana kegiatan maupun kepada para pengawas.
Gambar

Tidak mengherankan jika yang terjadi kemudian adalah para pengawas tidak terima dan akhirnya melakukan rapat darurat membahas keikutsertaan para guru yang statusnya adalah pengganti bukan utamanya. Dengan berbagai pertiumbangan dari rapat hasil dari para pengawas, maka diputuskan bahwa guru pengganti diperkenankan mengikuti kegiatan. Kejadian tersebut diminta tidak diulangi lagi, dan khusus buat guru yang mengganti diminta untuk menyesuaikan dengan peserta yang lain.

Dari berbagai asal peserta pelatihan, hampir 80% berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), di kamar ku sendiri 2 orang PNS sedangkan aku sendiri berstatus wiyata. Bukan hanya soal status kepegawaian, rata-rata peserta pelatihana dalah berumur lebih dari 40 tahun, bahkan ada yang menjelang pensiun. Bahkan di kamar dimana aku bertiga dengan teman guru dari Banjarnegara dan Salatiga, aku adalah yang termuda bahkan secara tidak sengaja aku melihat biodata peserta, ternyata saat itu aku adalah peserta paling muda diantara para peserta lainnya.

Menjadi peserta pelatihan termuda tidak membuatku malu, minder atau takut justru sebaliknya aku mencoba mulai belajar dan berdiskusi dengan guru-guru yang sudha relatif sepuh tersebut. Dari sanalah aku banyak mengabil manfaat informasi dari para guru sepuh tersebut. Intinya meskipun aku merupakan bagian dari tim akan tetapi hal itu tidak menjadikanku takut akan senioritas mereka, jutru aku menjadi termotivasi dengan kegigihan dan keikhlasan mereka menjadi gfuru SLB puluhan tahun. Sukses selalu buat teman-teman yang telah mengikuti pelatihan tersebu!!!

Post a Comment