Ukuran Taqwa

Malam ini benar-benar mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat sekali, ilmu tersebut berasal dari seorang penceramah kultum tarawih yang memang merupakan dosen sekaligus peneliti senior di Semarang. Salah satu imam dan penceramah favoritku saat bulan ramadhan datang. Tarawihnya ala anak muda yaitu cepat namun tetap fasih, dan ceramahnya meskipun sebentar tetapi langsung to the point. Inilah salah satu ciri khas beliau.


Seringkali para penceramah dalam bulan ramadhan terutama saat kultum salat tarawih selalu menyebutkan bahwa inti puasa adalah taqwa, adapula yang menyebutkan bahwa taqwa merupakan tujuan akhir dari puasa. Namun, kita semua sering lupa apa sesungguhnya ukuran taqwa bagi orang-orang yang telah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh? hal itu sering dilupakan oleh umat Islam, mereka hanya tahu bahwa setelah selesai berpuasa mereka beranggapan sudah menjadi orang yang bertaqwa.
Gambar dari sini

Makna taqwa sendiri sebenarnya adalah menghindar dari bahaya, itu yang dikatakan oleh penceramah tadi. Maksudnya menghindar adalah tidak melakukan tindakan yang dilarang oleh Allah dan hanya melakukan perbuatan yang dianjurkan oleh agama. Itulah orang yang bertaqwa. Jika ada orang yang mengaku bertaqwa namun senantiasa melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama Islam maka ia bukanlah termasuk ke dalam golongan muttaqin.

Memang kita harus jujur, bahwa ketaqwaan itu tidak hanya bisa dihitung setelah kita melakukan puasa, bukan berarti pula bahwa selesai berpuasa secara otomatis kita bisa disebut muttaqin. Ada ukuran/standar orang-orang yang pantas disebut sebagai seorang muttaqin manakala telah selesai berpuasa. Ukuran orang berpuasa bisa disebut sebagai muttaqin adalah sebagai berikut:

Pertama, bershadaqah dalam keadaan kaya maupun miskin. Ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah ikhlas dalam bershadaqah dalam keadaan apapun, tentunya sesuai dengan kemampuan meskipun tidak dibulan ramadhan. Jika ada seorang muslim tetap istiqomah dalam bersadhaqoh meskipun bukan pada ramadhan dengan tulus ikhlas, maka orang seperti inilah yang benar-benar lulus puasanya. Kedua, adalah orang yang secara tulus mau memaafkan kesalahan suadaranya. Orang yang dengan rela hati mau membuka pintu maaf kepada siapa saja bukan hanya di bulan ramadhan maka orang tersebut termasuk golongan orang-orang yang pantas mendapatkan label sebagai seorang yang muttaqin.   
Gambar pinjem disini

Ketiga, adalah orang yang tidak marah dalam  kondisi apapun. Ciri selanjutnya orang yang berpredikat sebagai orang bertaqwa setelah menjalankan ibada puasa adalah mereka yang senantiasa bisa meredam dan menahan amarah. Orang-orang yang bisa meredam kemarahan dalam kondisi apapun merupakan salah satu bentuk kesuksesan bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa dengan sempurna, Karena orang yang semacam inilah yang bisa disebut berhasil dalam puasanya.

Keempat, adalah orang yang senantiasa menyambung tali persaudaraan dengan sesama muslim. Dalam hal ini bukan berarti kita dilarang untuk berteman dengan non muslim, justru dengan siapapun kita dituntut untuk menjalin persuadaraan, lebih-lebih kepada sesama umat Islam kita harus memperkuat persaudaraan.

Kelima, ukuran muslim yang bertaqwa adalah bisa mencintai/menyayangi saudaranya, teman dan orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Bahkan nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa "tidak sempurna iman diantara kalian   sehingga ia mencintai suadaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.  

Kelima hal diatas lah yang menjadi ukuran keberhasilan seorang muslim dalam menjalankan ibadah puasa. karena inti dari puasa adalah supaya menjadi orang yang bertaqwa dan ukuran bertaqwa adalah sebagaimana yang dijelaskan diatas. Semoga kita termasuk orang yang lulus dalam puasa sehingga mendapat predikat muttaqin dan bisa melakukan lima kriteria sosok muttaqin sebagaimana diatas. Amien.

Post a Comment