3 Hari Menjadi Ibu

Tugas menjadi orang tua memang sangat berat, apalagi jika orang tua yang hanya sendiri bapak saja atau ibu saja yang menjaga anak tentu akan kerepotan. Begitu juga dengan anak, kedua orang tua adalah sosok yang bisa menjaga, melindungi serta menyayangi mereka. Sehingga sangat wajar jika seorang anak akan merasa sangat kehilangan ketika ditinggal pergi oleh orang tuanya meskipun tak lama.

Hal itu pula yang terjadi pada Noofa, kurang lebih 3 hari 2 malam harus berpisah dengan umy-nya yang sedang ada kegiatan "Blogger Camp Nasional" di Baturadden Purwokerto. Sesuai dengan kesepakatan dengan saya, bahwa Noofa lebih baik saya yang menjaganya selama istri mengikuti kegiatan di Purwokerto karena ketika harus ditinggal sendirian bersama simbah di rumah Kesesi Pekalongan Noofa akan rewel. Okey, jawabku ketika itu berarti Noofa harus ke Semarang bersamaku sampai kegiatan Umy Noofa selesai. Itu artinya Noofa juga harus izin tidak bersekolah kurang lebih selama 3 hari/empat hari lamanya karena rencana Noofa dan umy-nya akan balik ke Kesesi Rabu sore tapi bisa berubah sesuai dengan kondisi.
Noofa sama Abi

Minggu, 25 Oktober 2015 sekitar pukul 11.00 WIB saya, istri dan Noofa berangkat menggunakan sepeda motor menuju Comal. Sampai di Comal sepeda motor kmai titipkan karena harus lanjut ngangkot menuju stasiun Pekalongan. Sekitar pukul 12.00 WIB kami sampai stasiun Pekalongan lalu makan siang sambil menunggu kereta tiba. Sekitar jam 13.00 kereta Kamandaka jurusan Semarang-Purwokerto tiba, itu artinya umy harus segera berangkat ke Purwokerto ketika berpamitan dengan Noofa terlihat jelas bahwa Noofa gak ingin ditinggal umy-nya bahkan dia sempat menangis dan minta ikut umynya. Tapi aku tahan sambil saya kasih pengertian bahwa umy mau kerja dan Noofa ikut abi ke Semarang.

Alhamdulilah Noofa mau diam dari tangisannya hingga kereta Kamandakan yang membawa umy-nya sudah tak terlihat lagi. Tak lama setelah itu tibalah kereta Kaligung Mas tujuan Tegal-Semarang, itu artinya saya dan Noofa harus segera naik sesuai dengan tiket yaitu gerbong 2 no 13 D. Di dalam kereta sendiri Noofa sangat seneng dan menyayi-nyayi riang sekali seakan sudah lupa dengan kesedihannya di tinggal oleh umy. Sampai di Semarang saya dan Noofa di jemput teman yang memang sejak awal saya mintai tolong untuk menjemput karena kalau mau naik Trans Semarang takutnya Noofa rewel.

Sampai di tempat tinggal saya, Noofa langsung tanya "Umy nanti malam pulang ya bi? aku jawab iya umy pulannya besok ya kalau sudah selesai kerjanya. Noofa kemudian berujar "yaa Noofa sama abi deh, umy kerja". Setelah istirahat beberapa saat saya mulai tugas sebagai seorang ibu sekaligus sebagai seorang ayah memandikannya, membuatkan susu, memasak nasi kemudian mencari lauk kesukaan Noofa yaitu ayam goreng sekaligus menyuapinya. Alhamdulilah Noofa senang dan ceria meskipun sesekali ingat umy nya dan bertanya kapan umy pulang? lagi-lagi kujawab "kalau umy kerja, kalau sudah selesai baru pulang"

Noofa sejak awal memang saya kasih pengertian kalau bubuk tidak usah minta digarukin seperti yang dilakukan umy nya setiap malam, alhamdulilah Noofa nurut, ketika tidur hanya sesekali minta digarukin karena gatal-gatal. Hari Senin dan Selasa sejak pagi-menjelang sore Noofa harus saya bawa ke sekolah. Meskipun jaraknya relatif jauh kurang lebih 58 km pergi-pulang namun harus saya lakukan karena tidak mungkin Noofa dititipkan karena Noofa sendiri anaknya maunya nempel sama orang tuanya, kalau gak umy-nya ya abi-nya.

Di sekolah tempat saya mengajar Noofa pintar, tidak rewel, bahkan ikut belajar bersama anak-anak SLB yang saya ajar, sesekali bahkan ikut hafalan surat-surat pendek dan doa harian yang saya ajarkan. Sebelum mengajar saya sempatkan untuk menyuapi Noofa dulu dengan bekal nasi dan lauk yang saya bawa dari rumah, bekalnya pun sederhana yaitu nasi sama ayam goreng dan juga telur dadar. Waktu istirahat pertama dan kedua Noofa mau makan lagi disertai dengan beli jus jambu di kantin sekolah. 

Memang sih waktu pulang sekolah agak repot karena saya harus ekstra hati-hati dalam bermotor karena bisa dipastikan Noofa selalu tertidur dalam gendongan saya. Agar Noofa nyaman dalam tidurnya, selama dalam gendongan Noofa saya pegang dengaan tangan kiri, sedangkan tangan kanan fokus nyetir motor. Biasanya sampai rumah di Ngaliyan, Noofa melanjutkan tidurnya sampai pukul 4 sore, lalu saya bangunkan terus saya ajak ikut mengajar privat di dekat tempat tinggal saya. Alhamdulilah semua bisa berjalan dengan lancar, Noofa kooperatif banget bisa mematuhi apa yang saya katakan supaya tidak rewel.
 
Noofa Mandi Bola
Karena sudah pintar dan tidak rewel, sesuai dengan janji saya kepada Noofa sebelum ke Semarang maka semalam sehabis magrib saya ajak Noofa untuk ke swalayan Aneka Jaya untuk mandi bola dan bermain beberapa permaianan diantaranya kereta putar, dll. Habis puas bermain kami balik ke rumah, saya dijalan Noofa bilang ke saya "bi nanti Noofa mau bilang umy, Noofa sudah mandi bola, saya bilang iya sayang" setelah sampai rumah tak selang lama Noofa minta di elus-elus lalu bobok deh...dia lupa bahwa mau ikut jemput umy-nya di stasiun poncol.
 
Noofa sama Umy
Semalam kurang lebih jam 11 malam, umy Noofa telah sampai di Semarang dengan selamat,dan sudah ketemu dengan Noofa. Dan pagi ini Noofa kelihatan senang sekali sudah bisa berkumpul lagi dengan umy tercinta, terlihat jelas Noofa sangat ceria dan bahagia. Bahkan semalam waktu tidur saat umy nya telah datang muncul manjanya, Noofa tidak mau saya pegang dan hanya mau dipegang umy-nya padahal selama dua malam dia gak begitu hehehhee maklum itulah Noofa kalau sudah ada malam atau menjelang tidur hanya mau di elus-elus sama umy, tapi kalau siang nempelnya sama abi-nya. 

Semoga pengalaman menjadi ayah sekaligus menjadi ibu akan semakin menambah rasa sayangku kepada keluarga kecilku, dan semoga kegiatan yang diikuti istri tercinta bermanfaat dan menambah semangatnya dalam menulis. Amien.

3 komentar

Post a Comment