Motivasi Belajar





MOTIVASI BELAJAR
 

I.         Pendahuluan
Selaku hamba dan khalifah manusia telah diberi kelengkapan dan kemanpuan jasmaniah (fisiologis) dan rohaniah (mental psikoogis) yang dapat dikembangtumbuhkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang berdaya guna dalam ikhtiar kemanusiaanya untuk melaksanakan tugas pokok kehidupanya di dunia. Untuk mengembangkan atau menumbuhkan kemampuan dasar jasmaniah dan rohaniah tesebut, pendidikan merupakan sarana atau alat yang menentukan sampai di mana titik kemampuan tersebut dapat dicapai.[1]

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan, segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Karena guru hanya sebagai motivator yaitu agar supaya dapat menumbuhkan motivasi siswa dan fasilitator untuk menjadi perantara atau yang memfasilitasi, dan dapat mamahami anak didik menyangkut kegiatan fisik maupun mental aktifitas anak didik bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok sosial. Aktivitas anak didik dalam kelompok sosial akan membuahkan interaksi dalam kelompok, interaksi dikatakan maksimal bila interaksi itu terjadi antara guru dengan semua anak didik, antara anak didik dengan guru, dan anatara anak didik dengan anak didik.
Guru sebagai fasilitator dan motifator hendaknya memperhatikan perbedaan individual anak didik baik dari aspek biologis, intelektual, dan psikologis kerangka berpikir demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan pada anak didik secara individual, yang memungkinkan kemudahan dalam tercapainya proses belajar mengajar. Agar dalam penggunaan metode dapat dengan tepat, penggunaan metode ini seorang guru tidak harus terpaku pada satu metode saja, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik.[2] 
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang khususnya anak yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.[3]
Berhasil tidaknya belajar anak, sangat dipengaruhi oleh baik atau benarnya proses belajar anak. Proses belajar anak tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya motivasi, khususnya dari pendidiknya, baik itu guru maupun orang tua. Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu persoalan yang sangat menarik perhatian terutama guru yang tiap hari bertemu dengan anak yang membutuhkan pendidikan. Sehingga banyak anak yang mengeluh jika melihat hasil pendidikannya kurang menggembirakan.[4]
Kebanyakan orang masih menganggap enteng dan mudah sebagai pendidik. Orang tua mendidik anak-anaknya hanya berdasarkan pengalaman-pengalaman praktis nya saja mereka banyak mengacu pada metode nenek moyangnya yang belum tentu benar dan baik. Mereka percaya bahwa dalam setiap situasi intuitif akan mendapat sikap dan tindakan yang tepat , jadi mereka berkehendak bekerja secara intuitif,  mereka tidak atau kurang mau mempelajari atau menyelidiki hal mendidik secara ilmu pengetahuan, secara teoritis.[5]
Sebagai pendidik, maka  memberi motivasi terhadap anak merupakan sebuah keawajiban, tidak hanya dalam bersikap atau berperilaku dengan baik tetapi juga dalam hal belajar. Karena bagaimanapun juga semua pendidik tentu menginginkan agar anak didiknya berhasil dalam belajar dan mencapai tujuannya .

II.         Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang penulis uraikan di atas, dapat dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.      Bagaimana pengertian motivasi belajar?
2.      Faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi belajar?

III.         Pembahasan
Dari rumusan masalah diatas, maka dalam pembahasan makalah ini akan terfokus pada:
1.      Pengertian Motivasi Belajar
Dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbukan semangat pada siswa untuk belajar. Karena seorang siswa meski memiliki semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelalaian. Maka tunas semangat ini harus dipelihara secara terus menerus. Karena bila tidak, maka yang terjadi adalah keputusasaan.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar, lemahkanya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu akan menjadi rendah. Dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses belajar motivasi memiliki pengaruh yang penting bagi terciptanya proses pendidikan yang berkualitas.
Oleh karena itu motivasi belajar pada diri peserta didik perlu diperkuat terus menerus. Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu, bila siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dam betapa besarnya ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa harus untuk menuntut ilmu
1.      Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa Inggris “ motivation “ dan merupakan kejadian dari kata dasar “ motive “ yang berarti alasan atau yang menggerakkan.[6] Adapun   secara    terminologi    motivasi merupakan suatu tenaga, dorongan, alasan kemauan dari dalam yang menyebabkan kita bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai atau keadaan dalam pribadi orang yang mendorong   individu   untuk   melakukan   aktifitas  -  aktifitas   tertentu   guna mencapai suatu tujuan.[7]
Jika dilihat secara seksama, maka motivasi juga berasal dari kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.[8]
Banyak tokoh yang telah mendefinisikan tentang motivasi, diantaranya adalah: Mc. Donald mengatakan bahwa “motivation is a energy change with in the person characterized by effective arousal and anticipatory goal reactions”. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.[9]
Definisi yang diaungkapkan di atas ditandai dengan tiga hal, yaitu :
1)      Motivasi dimulai dengan perubahan tenaga dalam diri seseorang
Kita berasumsi bahwa setiap perubahan motivasi mengakibatkan beberapa perubahan tenaga di dalam sistem neurofisiologi dari pada organisme manusia.
2)      Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif
Dorongan afektif ini tidak mesti kuat. Dorongan afektif yang kuat, sering nyata dalam tingkah laku. Di lain pihak ada pula dorongan afektif yang sulit diamati.
3)      Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan
Orang termotivasi, membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada usaha mencapai tujuan, untuk mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh perubahan tenaga dalam dirinya. Dengan kata lain motivasi memimpin ke arah reaksi-reaksi mencapai tujuan.[10]
Difinisi tentang motivasi juga diberikan oleh Wayan Ardhan. Ia menjelaskan, bahwa motivasi dapat dipadang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan kepada pengaturan tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan atau dorongan-dorongan dari dalam dan insentif dari lingkungan mendorong individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya atau untuk berusaha menuju tercapainya tujuan yang diharapkan.[11]
Sementara itu, Tabrani Rusyan berpendapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.[12] Sedangkan Gleitman dan Reiber yang dikutip oleh Muhibbin Syah berpendapat, bahwa motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.[13]
Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks, karena motivasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan energi dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak di dalam belajar. Begitu banyaknya peran morivasi tersebut, banyak para ahli yang membahas bagaimana motivasi tersebut muncul, bagaimana dapat mengembangkan motivasi, apakah macam-macam motivasi tersebut menentukan prestasi yang di capai anak dan bagaimana pendidik dalam memberikan penghargaan hingga dapat meningkatkan motivasi tersebut.

2.      Pengertian Belajar
Disadari atau tidak, bahwa setiap individu tentu pernah melakukan aktivitas belajar, karena aktivitas belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang mulai sejak lahir sampai mencapai umur tua. Belajar merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja yang dapat menimbulkan tingkah laku (baik actual/nyata maupun potensil/tidak tampak) dimana perubahan yang dihasilkan tersebut bersifat positif dan berlaku dalam waktu yang relatif lama.
Pengertian belajar sendiri menurut para ahli berbeda-beda diantaranya: Slemeto dalam bukunya mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[14]
 Sumadi Soerya Brata mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah membawa perubahan yang mana perubahan itu mendapatkan kecakapan baru yang dikarenakan dengan usaha atau disengaja.[15]
L. Crow dan A. Crow, berpendapat bahwa belajar adalah perubahan dalam respon tingkah laku (seperti inovasi, eliminasi atau modifikasi respon, yang mengandung setara dengan ketetapan) yang sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh pengalaman. “pengalaman” yang serupa itu terutama yang sadar, namun kadang-kadang mengandung komponen penting yang tidak sadar, seperti biasa yang terdapat dalam belajar gerak ataupun dalam reaksinya terhadap perangsang-perangsang yang tidak teratur, termasuk perubahan-perubahan tingkah laku suasana emosional, namun yang lebih lazim ialah perubahan yang berhubungan dengan bertambahnya pengetahuan simbolik atau ketrampilan gerak, tidak termasuk perubahan-perubahan fisiologis seperti keletihan atau halangan atau tidak fungsinya indera untuk sementara setelah berlangsungnya pasangan-pasangan yang terus menerus.[16]
Pendapat lainnya adalah bahwa “Belajar adalah proses melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah di dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil belajar”.[17]

3.      Pengertian Motivasi Belajar
Dari berbagai definisi tentang motivasi dan belajar sebagaimana di jelaskan di atas, maka yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah adalah suatu daya upaya penggerak atau sesuatu yang bisa membangkitkan serta mengarahkan semangat individu untuk melakukan belajar.
Sedangkan menurut para ahli sendiri, pengertian motivasi belajar diantaranya adalah: menurut H. Mulyadi menyatakan bahwa motivasi belajar adalah membangkitkan dan memberikan arah dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar.[18]
Dan menurut Tadjab, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.[19]
Sedangkan menurut Sadirman, motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual, peranan yang luas adalah dalam hal menimbulkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar, siswa yang memeliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi unuk melakukan kegiatan belajar.[20]
Dari definisi sebagaimana yang dijelaskan oleh para ahli di atas, maka dapat dibuat sebuah kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah motivasi (dorongan) yang mampu memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar dan melangsungkan pelajaran dengan memberikan arah atau tujuan yang telah ditentukan.
       
2.      Prinsip, Jenis, Fungsi dan Tujuan Motivasi dalam Belajar
Motivasi dalam sebauah proses pembalajaran adalah sangat penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu mengenai definisi konsep tersebut. Apabila terdapat dua anak yang memiliki kemampuan sama dan pemberian peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang di capai oleh anak yang termativasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Hal ini dapat di ketahui dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar,m maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Walaupun begitu, hal itu kadang-kadang menjadi masalah, karena motivasi bukanlah suatu kondisi. Apabila motivasi peserta didik anak itu rendah, umumnya diasumsikan bahwa peserta didik yang bersangkutan rendah.
a.      Prinsip Motivasi Belajar
Prinsip-prinsip belajar disusun atas dasar penelitian yang seksama dalam mendorong motivasi belajar anak baik disekolah maupun di rumah tempat tinggal, untuk menciptakan self motivation dan self discipline.[21]
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktifitas belajar seseorang. Tidak ada peranan yang strategis dalam aktifitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekadar diketahui, tetapi diterangkan dalam belajar, sebagai berikut:
1.      Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktifitas belajar
2.      Motivasi instrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrensik dalam belajar
3.      Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman
4.      Motivasi berhubungan erat dalam belajar
5.      Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar
6.      Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.[22]
Dalam memotivasi belajar anak, sebagai seorang  pendidik maupun sebagai orang harus memperhatikan dan memepertimbangkan prinsip-prinsip tersebut. Hal itu penting supaya keberhasilan dalam proses belajar dapat dicapai sesuai dengan tujuannya. Karena bagaimanapun juga prinsip dasar motivasi dalam belajar merupakan satu hal yang sangat penting sekali untuk dilakukan.

b.      Jenis Motivasi
Menurut Arifin, motivasi dibagi menjadi dua bentuk yaitu sebagai berikut:
1.      Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan serta tujuan-tujuan. Adapun motivasi ini meliputi :
a)      Hasrat untuk belajar, adalah suatu keinginan yang timbul dari diri sendiri, yang berarti memang ada motivasi untuk belajar sehingga hasilnya akan lebih baik.
b)      Minat, adalah suatu rasa suka dan keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
2.      Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar individu. Adapun motivasi ini meliputi :
a)      Motivasi dari guru, yaitu suatu dorongan yang diberikan guru untuk suatu perubahan yang lebih baik.
b)      Motivasi dari lingkungan, yaitu suatu dorongan yang diberikan dari suatu lingkungan sosial. Yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.[23]
c)      Motivasi dari orang tua. Orang tua harus bisa memotivasi dan berusaha meningkatkan prestasi belajar anaknya. Dari berbagai penelitian terbukti bahwa peran paling penting dan efektif dalam memotivasi anak belajar adalah orang tua. Dalam hal ini orang tua mempunyai peran sangat penting yaitu menyediakan lingkungan belajar di rumah yang kondusif, sehingga anak dapat belajar dengan baik.
Kedua motivasi tersebut di atas harus seimbang, karena bagaimanapun juga baik itu motivasi dari dalam diri maupun lingkungan di luar diri anak didik sama-sama memiliki pengaruh penting bagi keberhasilan proses pembelajaran.
c.       Fungsi Motivasi
Adanya motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar menjadi lebih optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa atau anak. Ada 3 fungsi motivasi, yaitu:
1.      Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi sebagai penggerak motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.      Menentukan arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiat an yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.      Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatna-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seperti halnya seorang santri yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk berbuat sesuatu yang tidak ada manfaatnya.[24]

d.      Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan umum motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu, sehingga dapat memperole hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru/pendidik, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu anak didik agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan dalam kurikulum sekolah.[25]
Orang tua memotivasi belajar anaknya pasti mempunyai tujuan-tujuan tertentu. orang tua selalu mengharapkan anaknya untuk memperoleh prestasi yang baik dalam belajar anaknya. Dan orang tua selalu memotivasi belajar kepada anaknya, agar anaknya dapat membahagiakan orang tua, agar anak dapat mengerti dan memahami mana yang perlu dikerjakan atau tidak, dan mengharapkan anaknya bahagia hidup di dunia dan akirat. Dari belajar anak juga d apat memperoleh pengetahuan, dengan pengetahuan itu sangat berguna bagi perkembangan seorang anak.

IV.         Penutup
Dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Pengertian motivasi belajar adalah motivasi (dorongan) yang mampu memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar dan melangsungkan pelajaran dengan memberikan arah atau tujuan yang telah ditentukan.
2.      Prinsip, Jenis, Fungsi dan Tujuan motivasi belajar adalah:
a.       Prinsip motivasi yaitu sebagai dasar penggerak, instrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrensik dalam belajar, berupa pujian lebih baik dari pada hukuman, berhubungan erat dalam belajar, dapat memupuk optimisme dalam belajar, melahirkan prestasi dalam belajar.
b.      Jenis motivasi yaitu motivasi instrinsik dan ekstrensik.
c.       Fungsi motivasi yaitu mendorong manusia untuk berbuat. menentukan arah perbuatan, dan menyeleksi perbuatan.
d.      Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu, sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
Demikian makalah ini kami susun, penulis yakin bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh sebab itulah kritik dan saran senantiasa kami nantikan demi perbaikan pada penyusunan makalah yang lain. Dan semoga makalah ini bermanfaat, amien.


[1] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 141
[2]Syaiful Bahri Djamaroh, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 51.
[3] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 114-115
[4] Zakiah drajat, Kesehatan Mental, ( Jakarta : CV haji Masagung, 1988), hlm. 66
[5] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1994), cet. VII, hlm. 4
[6] Wojowasito, W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap   Inggris- Indonesia, Indonesia- Inggris, (Bandung: Hasta, 1980), hlm. 119
[7] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), hlm. 72.
[8] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 71.
[9] Syaiful Bahri Djumarah, Op.cit, hlm. 114.
[10] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, hlm. 191-192.
[11] Wayan Ardhana, Pokok-pokok Jiwa Umum. (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), hlm. 165.
[12] Tabrani Rusyan, dkk Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung: CV. Remaja Rosdakarya, 1989), hlm. 95.
[13] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Banudng: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 136.

[14] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka CIpta, 1995), hlm. 2.
[15] Suryadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1984), hlm. 248.
[16] L, Crow dan A. Crow, Psychology Pendidikan, (Yogyakarta: Nurcahaya, 1989), hlm. 279.
[17] S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hlm. 35.
[18] Mulyadi, Psikologi Pendidikan, (Malang: Biro Ilmiah, FT. IAIN Sunan Ampel, 1991), hlm. 87.
[19] Tadjab MA Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hlm. 102.
[20] Sardiman, Op.Cit, hlm. 75.
[21] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hlm.163
[22] Saiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 118-121
[23] Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional (Prinsip-Teknik-Prosedur), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 99.
[24] Sardiman AM, Op.Cit., hlm. 85.
[25] Ngalim Purwanto, Op.Cit, hlm. 73


DAFTAR PUSTAKA


L, Crow dan A. Crow, Psychology Pendidikan, Yogyakarta: Nurcahaya, 1989.

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1994, cet. VII.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.

Mulyadi, Psikologi Pendidikan, Malang: Biro Ilmiah, FT. IAIN Sunan Ampel, 1991.

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003.

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2000.

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001.

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1995.

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 1990.

-----------------------, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 1984.

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Syaiful Bahri Djamaroh, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Tabrani Rusyan, dkk Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Rosdakarya, 1989.

Tadjab MA Ilmu Pendidikan, Surabaya: Karya Abditama, 1994.

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Wayan Ardhana, Pokok-pokok Jiwa Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1985.

Wojowasito, W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap   Inggris- Indonesia, Indonesia- Inggris, Bandung: Hasta, 1980.
Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional (Prinsip-Teknik-Prosedur), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991.

Zakiah drajat, Kesehatan Mental,  Jakarta : CV haji Masagung, 1988.
 

Post a Comment